Cermin Dunia Kedokteran
Cermin Dunia Kedokteran (e-ISSN: 2503-2720, p-ISSN: 0125-913X), merupakan jurnal kedokteran dengan akses terbuka dan review sejawat yang menerbitkan artikel penelitian maupun tinjauan pustaka dari bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat baik ilmu dasar, klinis serta epidemiologis yang menyangkut pencegahan, pengobatan maupun rehabilitasi. Jurnal ini ditujukan untuk membantu mewadahi publikasi ilmiah, penyegaran, serta membantu meningkatan dan penyebaran pengetahuan terkait dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Terbit setiap bulan sekali dan disertai dengan artikel yang digunakan untuk CME - Continuing Medical Education yang bekerjasama dengan PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia)
Articles
21 Documents
Search results for
, issue
"Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak"
:
21 Documents
clear
Diabetes Insipidus – Diagnosis dan Terapi
Kusmana, Felix
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1574.328 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.887
Diabetes insipidus adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan polidipsi dan poliuri. Dua mekanisme yang mendasari adalah gangguan pelepasan ADH oleh hipotalamus atau hipofisis (sentral) dan gangguan respon terhadap ADH oleh ginjal (nefrogenik).Diagnosis memerlukan pemahaman tata cara dan interpretasi pemeriksaan. Penentuan jenis dan etiologi sangat penting untuk pilihan terapi.Diabetes insipidus is an endocrine disorder characterized by polydipsia and polyuria. The underlying mechanisms are impaired release of ADH from hypothalamus or pituitary gland (central) and impaired kidney response to ADH (nephrogenic). Diagnosis are needed to determine therapy, and requires understanding of tests’ procedures and interpretation.
Efektivitas Profilaksis Antiepileptik pada Kasus Kejang Demam: Telaah Berbasis Bukti
Ninditya, Lina
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (109.792 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.892
Kejang demam merupakan penyebab paling sering kejang pada anak. Klinisi sering memberi antipiretik dan antiepileptik saat episode demam untuk mencegah kejang demam, padahal efektivitasnya masih diperdebatkan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan keamanan terapi profilaksis antiepileptik pada kasus kejang demam. Pencarian literatur dilakukan secara terstruktur pada situs resmi Pubmed dan The Cochrane Library. Judul dan abstrak yang disitasi kemudian ditapis sesuai kriteria yang telah ditentukan. Telaah kritis dilakukan berdasarkan kriteria standar relevansi, validitas, kepentingan dan mampu laksana. Studi ini menelaah kritis sebuah systematical review yang valid, penting dan mampu laksana. Diperoleh hasil bahwa terapi antiepilepsi profilaksis baik intermitten maupun rumatan tidak efektif untuk mencegah berulangnya kejang demam.Febrile seizure is the most common cause of seizure occurred in children. Physicians often give antiepileptic and antipyretic during fever as prophylactic, while the benefit is still being debated among scientists. A Pubmed and Cochrane Library search were conducted to search all studies on the effectiveness of antiepileptics as prophylactics in febrile seizure. The articles were screened by applying inclusion and exclusion criterias. The remaining 1 article was appraised on the validity, importance, and applicability based on evidence-based medicine toolkit. The result was that intermittent and continous prophylactic therapy are not effective to prevent recurrent febrile convulsion.
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, dan Pelatihan Bidan pada Kualitas Konseling, Informasi dan Edukasi dalam Pelayanan Antenatal
Lumbanraja, Sarma Nursani
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (115.219 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.883
Pendahuluan Konseling, informasi, dan edukasi (KIE) adalah salah satu pilar utama dalam pelayanan antenatal. Bidan sebagai pendidik dan penyedia pelayanan kesehatan, hendaknya dapat melaksanakan KIE dengan kualitas baik. Tingkat pendidikan, masa kerja, dan pelatihan bidan ditemukan sangat mempengaruhi kualitas KIE. Metode Penelitian pada 208 bidan dengan metode cluster random sampling dari seluruh puskesmas di Kabupaten Aceh Tengah. Data pendidikan, masa kerja, dan pelatihan dikumpulkan. Kualitas KIE dinilai menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Data ditabulasi dan dianalisis menggunakan SPSS 17. Hasil Ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan (p<0.001) dan pelatihan (p=0.006) terhadap kualitas KIE. Tidak ditemukan hubungan antara masa kerja dengan kualitas KIE. Simpulan Penelitian ini menunjukkan pengaruh pendidikan dan pelatihan bidan terhadap kualitas KIE. Para bidan disarankan melanjutkan pendidikan atau mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kualitas praktik klinis sehari-hari.Introduction Counseling, information, and education is the main pillars in antenatal care. Midwives, as an educator and healthcarer, should be able to provide a good quality of counselling. Education level, work experience, and training affect the quality of counselling. Methods This cross sectional study involved 208 midwives, taken by cluster random sampling from all primary health care centers in Central Aceh district. Data on education, employment, and training were collected. Quality of counselling was assessed using a validated questionnaire developed by the author. Data were tabulated and analyzed using SPSS 17. Discussion This study showed significant association between education level (p <0.001) and training (p = 0.006) with the counselling quality. No association between work experience and counselling quality. Conclusion There is an association between education level and training on the counselling quality. Midwives are encouraged to improve clinical practice through education and training.
Terapi Alternatif Penyakit Kardiovaskuler dengan Pigmen Alami
Salim, Katarina Purnomo;
Indrawati, Renny;
Limantara, Leenawaty
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (125.693 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.893
Pola diet dan gaya hidup kurang sehat menyebabkan berbagai kasus hiperkolesterol dan obesitas. Berbagai pengobatan untuk mengatasi permasalahan tersebut masih terus diperbaharui, tak hanya dengan obat-obatan sintetik namun juga obat alam berbasis senyawa bioaktif tumbuhan tingkat tinggi. Sejumlah studi juga menunjukkan bahwa pigmen alami, yang diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi maupun rendah, juga mampu memberikan manfaat terapi hampir serupa untuk membantu menurunkan prevalensi penyakit kardiovaskular. Beberapa pigmen seperti fukosantin, astasantin, lutein, dan fikosianin dibuktikan memiliki sifat antioksidan alami serta bioaktivitas spesifik dalam metabolisme lemak tubuh, sehingga dapat digunakan untuk terapi penyakit yang disebabkan oleh kerusakan oksidatif, termasuk penyakit kardiovaskular.The unhealthy life style and poor diet become the reason of most hypercholesterol and obesity cases. Numerous studies are still continuously conducted to overcome heart conditions, not only with synthetic drugs but also natural herbals from bioactive compounds of higher plants. Several natural pigments studies showed comparable activities in decreasing cardiovascular disease prevalence. Fucoxanthin, astaxanthin, lutein, and phycocyanin are natural antioxidants, playing beneficial role in the metabolism of body fats. They can be applied for diseases associated with oxidative stress, including cardiovascular problems.
Patofisiologi, Skrining dan Diagnosis Laboratorium Diabetes Melitus Gestasional
Kurniawan, Liong Boy
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (113.57 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.884
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat kehamilan. Prevalensi DMG 7% hingga 11,6% di seluruh dunia dengan insidens lebih tinggi pada turunan Asia dan kepulauan Pasifik, insidens meningkat seiring meningkatnya kasus obesitas. Mayoritas penderita DMG mengalami disfungsi sel β akibat resistensi insulin kronik sebelum kehamilan, biasanya karena obesitas. Gangguan postreseptor pensinyalan insulin diduga sebagai penyebab DMG. Skrining dan diagnosis DMG dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu dengan metode one-step atau two-step strategy. Penegakan diagnosis dan penatalaksaan DMG penting untuk mengurangi komplikasi maternal dan janin.Gestational diabetes mellitus is glucose intolerance found initially in pregnancy. Prevalence of gestational diabetes mellitus varies from 7% to 11.6% across the world with higher incidence in Asia and Pacific island, the incidence increases along with increase of obesity incidence. Majority of gestational diabetes mellitus patients have β cell dysfunction as the result of chronic insulin resistance developing before pregnancy, mostly due to obesity. Some studies reported post receptor disorder in insulin signaling as major finding in gestational diabetes mellitus. Screening and diagnosis between 24 and 28 weeks of gestational age are needed to confirm diagnosis using one-step or two-step strategy. Diagnosis and treatment are needed to reduce maternal and fetal complications.
Perkembangan Kandidat Antigen untuk Vaksinasi Atherosklerosis
Al-Farabi, Makhyan Jibril
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (450.93 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.889
Atherosklerosis merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi masalah besar di dunia. Atherosklerosis terjadi akibat penumpukan sel foam akibat proses inflamasi kronis dan uptake dari oxLDL dan PC. Hingga saat ini, terapi untuk atherosklerosis kebanyakan hanya obat-obat yang bekerja menghambat progresivitas plak atherosklerosis. Penemuan terkini menujukkan bahwa regulasi sel imun baik adaptif maupun innate yang tepat terbukti memiliki hubungan dengan pencegahan lesi atherosklerosis. Di masa depan, terdapat peluang besar untuk dikembangkannya vaksinasi sebagai salah satu pencegahan atherosklerosis mengingat sudah cukup banyak penelitian yang telah membuktikan efek atheroprotektif vaksinasi dengan beberapa jenis antigen. Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas jenis antigen yang dapat mampu berperan untuk vaksinasi atherosklerosis dan tantangan pengembangannya di masa yang akan datang.Atherosclerosis is one of major cardiovascular problem in the world. Atherosclerosis occurs due to accumulation of foam cells due to a chronic inflammatory process and uptake of oxLDL and PC. Up until now, the only treatment for atherosclerosis was drugs to inhibit the progression of atherosclerotic plaque. Recent discoveries show that regulation of both adaptive and innate immune cells can prevent atherosclerosis progression. In the future, atheroschlerosis vaccine held great opportunity as many researches show atheroprotective effect of vaccination using several types of antigen. This literature review will discuss types of antigens that can be used for atherosclerosis vaccination and future challenges.
Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut, (Hand Foot and Mouth Disease)
Purwanthi, I Gusti Ayu Putri
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (314.15 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.885
Hand-foot-and-mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki dan mulut merupakan penyakit infeksi virus akut yang biasanya bersifat ringan dan self-limiting disease. Meskipun demikian, HMFD dapat menyebabkan komplikasi berat pada susunan saraf pusat dan berakhir dengan kematian berkaitan dengan enterovirus 71 (EV71). Belum ditemukan antivirus maupun vaksin yang efektif untuk mengobati maupun mencegah penyakit yang sangat menular ini. Setiap klinisi diharapkan dapat mengetahui warning signs penyakit ini sehingga dapat memberikan penatalaksanaan serta edukasi yang tepat.Hand-foot-and-mouth disease (HFMD) is an acute viral infection which is usually mild and self-limiting. But HMFD can cause severe central nervous system complications which can lead to death associated with enterovirus 71 (EV71). Effective antivirus and vaccine to treat and prevent this highly contagious disease is not yet available. It is important for clinicians to know the warning signs and to provide appropriate management and education to patients.
Transeksi Komplit Trakhea dan Transeksi Parsial Esofagus akibat Trauma Tumpul Leher
Y, Khosama;
N., Lumintang;
W, Sumanti
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (416.357 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.890
Laporan kasus transeksi trakhea dan esofagus karena trauma tumpul leher (jeratan). Seorang laki-laki, 21 tahun dirujuk setelah kecelakaan sepeda motor tunggal karena lehernya tersangkut tali pengikat sapi. Pasien sadar penuh dan mengalami depresi napas. Kulit di area leher tampak lecet pada zona I-II dan pada bagian anterior tampak kulit kembang-kempis (fluktuasi) sesuai pernapasan. Pada eksplorasi leher darurat tampak laserasi trakhea, terjadi robekan pada cincin kedua hingga ke bagian posterior, bagian distal trakhea retraksi ke inferior, dan ruptur esofagus dengan diameter > 50% pada bagian anterior. Dilakukan trakheostomi dilanjutkan anastomosis esofagofaringeal dan repair trakheaA case report of trachea and esophageal transection caused by strangulation. A 21-year old male was referred because his neck was strangled on cow’s rope after single vehicle accident. Patient was alert but difficult to breath. The skin in zone I-II of neck was blistered and the anterior part was fluctuated in rhythm with breathing. On exploration, complete laceration of trachea at the second ring was found, the distal part of trachea was retracted to inferior, partial esophageal rupture with circumference more than 50% on anterior part. Tracheostomy, esophagopharyngeal anastomosis, and trachea repair were done.
Overview of Constipation in Children
Putra, Yoseph Arif;
Febriana, Feby
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (382.261 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.886
Constipation is very common, the prevalence varies from 0.07%-29.6%. The prevalence of functional constipation in children ranges from 4-36%, up to one third of children ages 6 to 12 years are reported to have constipation. Constipation generally first appears between the ages of two and four years. The cause is usually non –organic in about 90% cases. The most widely accepted definitions for childhood functional constipation is Rome III definitions. The symptoms include infrequent stools, pain, soiling, stool withholding maneuvers, blood in stools, enuresis and other urinary symptoms. The differential diagnosis is divided into two large groups, intraabdominal and extraabdominal. Constipation is diagnosed by history, physical examination and clinical investigation. Treatment should include disimpaction and maintenance.Konstipasi adalah gejala sangat umum, baik di pelayanan kesehatan lini pertama maupun kedua, prevalensinya 0.07 % - 29.6 %. Prevalensi konstipasi fungsional pada anak berkisar 4-36%. Lebih dari sepertiga anak-anak usia 6-12 tahun dilaporkan menderita konstipasi. Konstipasi biasanya muncul pertama kali antara usia dua dan empat tahun. Penyebab non organik pada lebih dari 90% kasus. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi Rome III. Gejala-gejalanya adalah buang air besar tidak rutin, nyeri, soiling, manuver menahan buang air besar, darah pada feses, tidak dapat menahan berkemih dan gejala berkemih lainnya. Diagnosis banding terdiri dari dua kelompok besar, intraabdomen dan ekstrabdomen. Konstipasi didiagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan termasuk disimpaksi dan terapi pemeliharaan.
Pengaruh Curcumin sebagai Inhibitor Jalur Janus Kinase - STAT 3 pada Artritis Reumatoid
-, Febyan;
Martha, Elisabeth;
Furny, Erly Furhana;
Hudyono, Johannes;
Tandean, Marshel
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (332.69 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v43i11.891
Artritis Reumatoid (RA) adalah penyakit autoimun kronik, ditandai dengan poliartritis bersifat destruktif biasanya di sendi perifer. RA mempengaruhi sekitar 0,5% populasi orang dewasa di seluruh dunia, insidensnya 20-50 kasus per 100.000 per tahun pada tahun 2010, terutama pada wanita setelah usia 40-an. Patofisiologi RA memiliki berbagai jalur autoimun, salah satunya jalur JAK-STAT 3 sebagai faktor pencetus. Jalur ini dapat diinhibisi oleh Kunyit dengan bahan aktif curcumin sebagai inhibitor STAT 3. Curcumin dapat dikembangkan menjadi salah satu pilihan pengobatan RA.Rheumatoid arthritis (RA) is a chronic autoimmune disease, characterized by destructive polyarthritis usually in peripheral joints. RA affects 0.5% of the adult population worldwide. The incidence among adult was 20–50 cases per 100 000, mainly in premenopausal woman. Rheumatoid arthritis has several types of signaling pathways, i.e the JAK-STAT3 pathway. This pathway can be inhibited by curcumin from turmeric. Curcumin could be further explored as an alternative treatment for RA.